Emisi gas buang kendaraan bermotor jadi perhatian serius bagi para pabrikan otomotif. Berbagai pengembangan dilakukan guna menekan angka emisi kendaraan bermotor untuk kualitas udara yang lebih baik di masa depan.

Teknologi hybrid kemudian jadi menu menarik yang dikembangkan oleh pabrikan kendaraan bermotor masa kini. Dengan tetap mengandalkan motor atau mesin pembakaran sebagai sumber tenaga utama, motor listrik turut disandingkan untuk menunjang kinerjanya dalam menghasilkan emisi rendah dan efisiensi bahan bakar.

Hal ini turut dikembangkan oleh Suzuki di Indonesia untuk ikut andil dalam menjaga kualitas udara yang lebih baik di masa mendatang serta mendukung pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca pada 2030. Dalam praktiknya, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) mengambil langkah nyata dengan mengembangkan teknologi bernama Suzuki Smart Hybrid. Suzuki Smart Hybrid dihadirkan sebagai solusi tepat saat ini untuk mengurangi emisi CO2, meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar, serta terjangkau daya beli masyarakat.

Menurut Yulius Purwanto, Head of 4W Product Development PT SIS, Suzuki Smart Hybrid merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Suzuki untuk mendukung kendaraan generasi berikutnya yang lebih efisien dan kompetitif. “Penerapan Suzuki Smart Hybrid pada kendaraan dapat meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi gas buang. Suzuki Smart Hybrid juga merupakan sistem elektrifikasi yang paling terjangkau dari segi harga. Ketiga manfaat inilah yang kami yakini dibutuhkan masyarakat Indonesia saat ini,” kata Yulius.

Lantas bagaimana sistem ini bekerja di mobil-mobil keluaran Suzuki yang akan datang? Ada tiga komponen utama dalam Suzuki Smart Hybrid yang menunjang kinerja mesin pembakaran konvensional, yaitu ISG (Integrated Stater Generator), Lithium-Ion Battery dan Regenerative Breaking.

ISG merupakan pengembangan teknologi pertama yang dilakukan Suzuki dalam menciptakan kendaraan yang irit bahan bakar dengan harga terjangkau. Komponen ini akan bekerja secara pintar membantu putaran mesin secara agresif.

Saat butuh akselerasi, motor listrik pada sistem ISG akan bekerja berkesinambungan membantu putaran mesin konvensional memutar bagian crankshaft melalui sebuah belt. Sehingga tidak perlu konsumsi bahan bakar yang besar saat proses itu terjadi. Sementara saat di putaran menengah, seluruh kinerja mobil tetap mengandalkan usaha dari mesin atau motor bakar.

Sebaliknya jika dalam momentum deselerasi sistem Regenerative Braking akan bekerja mengisi ulang baterai. Sehingga saat berhenti total, maka seluruh kebutuhan kelistrikan kendaraan akan disuplai oleh Lithium-Ion Battery tanpa mengandalkan idle putaran mesin.

Dengan penggunaan komponen ISG dan Lithium-Ion Battery, mobil Suzuki memiliki keuntungan seperti adanya fitur auto-stop, restart yang halus dan senyap setelah auto-stop aktif, bantuan tenaga untuk akselerasi yang lebih ringan saat stop and go, serta kemudahan regenerasi daya baterai selama pengurangan laju kendaraan dari sistem Regenerative Braking.

Teknologi Suzuki Smart Hybrid akan lebih terasa manfaatnya saat digunakan dalam kemacetan lalu lintas. Seperti kita ketahui, kota-kota besar di Indonesia identik dengan kemacetan. Sehingga kehadiran Suzuki Smart Hybrid terasa tepat guna karena dengan adanya fitur auto-stop dan bantuan akselerasi dari ISG, maka akan memberikan dampak pada efisiensi konsumsi bahan bakar secara akumulatif.

“Kami melakukan pengembangan produk sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini, termasuk kebutuhan akan teknologi ramah lingkungan yang hemat bahan bakar dan harganya terjangkau. Untuk itulah, kami yakin bahwa Suzuki Smart Hybrid bisa menjadi solusi tepat dan pilihan smart bagi masyarakat,” tutup Yulius.