Kami berkesempatan menjajal Wuling Almaz Hybrid terbaru yang baru saja diluncurkan oleh Wuling Motors di Jakarta International E-Prix Circuit, Ancol, Jakarta Utara. Seberapa berbeda dengan Wuling Almaz bermesin turbo dan bagaimana rasa berkendara dari Wuling Almaz Hybrid yang punya mesin 2.0L ini?
Sebelum lebih jauh melangkah, Wuling Almaz Hybrid mengusung sistem Multi-Mode Hybrid Performance. Ada sedikit perbedaan cara kerjanya dari beberapa mobil pengusung teknologi hybrid yang terlebih dahulu meluncur dengan SUV Cina rakitan Indonesia ini.
Product Planning Wuling Motors Danang Wiratmoko menjelaskan, Almaz Hybrid memadukan dua jantung pacu yakni mesin bensin dan motor listrik. Perbedaannya, kalau tipe mobil lain hybridnya ada yang tipe seri dan paralel. Nah, Almaz bisa keduanya.
Artinya di sini pengemudi tidak bisa memilih apakah ingin berkendara dengan sistem EV atau full tenaga listrik ataupun full motor alias menggunakan tenaga mesin penuh. Seluruh perpindahan pengaturan baik EV Mode, Seri dan Parallel sepenuhnya diatur oleh kontrol unit yang membaca beragam parameter berkendara yang berbeda. Seperti misal engine speed/rpm, kecepatan kendaraan, persentase injakan pedal akselerator, persentase injakan rem, kondisi elevasi jalan serta tenaga baterai. Tentunya masih banyak lagi pengukuran yang dilakukan oleh modul kontrol unit berdasarkan input dari berbagai sensor.
Dalam EV Mode, mobil sepenuhnya menggunakan motor listrik sebagai sumber penggerak. Faktor yang mempengaruhi EV mode untuk bisa aktif secara otomatis ada beberapa variabel. Di antaranya, kecepatan, kapasitas baterai, dan permintaan torsi dari pengemudi.
Berdasarkan pengujian singkat yang kami lakukan, EV Mode akan optimal bekerja hingga kecepatan 30 – 35 km/jam dengan pijakan pedal akselerator yang lembut. Dengan kondisi seperti ini, EV Mode bisa menghemat konsumsi bahan bakar sejauh pada kecepatan rendah. Misalnya kondisi stop and go di kemacetan lalu lintas atau berkendara di daerah sekitar perumahan dengan batasan kecepatan rendah.
Dalam kondisi EV Mode pun Wuling Almaz Hybrid dapat beroperasi secara Series. Bila Anda menginjak pedal akselerator lebih dalam, secara otomatis mesin 2.0 liter Atkinson Cycle yang punya tingkat efisiensi pembakaran tinggi akan langsung beroperasi. Namun mesin yang diusung oleh Wuling Almaz Hybrid ini hanya bertugas untuk mengisi daya baterai melalui motor generator. Kegiatan memutar roda pun sepenuhnya masih dilakukan oleh motor listrik hingga mencapai kecepatan 40 km/jam – 60 km/jam dengan injakan pedal yang konstan.
Berbeda hal bila pengemudi menginjak pedal akselerator secara dalam, tiba-tiba atau konstan. Saat modul kontrol unit membaca pengemudi membutuhkan torsi lebih besar, maka mesin 2.0 liter Atkinson Cycle yang dimiliki oleh Wuling Almaz akan bekerja secara paralel bersamaan motor listrik untuk memberikan tenaga penuh memutar roda.
Kelebihan dari mesin Atkinson Cycle ini memang memiliki langkah piston yang lebih panjang saat bekerja pada titik mati bawah, sehingga ruang pembakaran di atas piston hingga ke titik mati atas jadi lebih besar. Dengan begitu campuran udara dan bahan bakar jadi lebih padat meskipun tipikal mesin seperti ini punya durasi bukaan klep yang lebih lama. Akhirnya efisiensi pemakaian bahan bakar pun tercapai meskipun ruang bakar memiliki kapasitas yang besar, dalam hal ini Wuling Almaz Hybrid menggunakan mesin berkapasitas 2.0 liter.
Kendati demikian, mesin dengan langkah Atkinson tidak dapat memiliki daya atau output tenaga sebesar mesin Otto Cycle atau mesin pembakaran combustion pada umumnya bila memiliki kapasitas mesin yang sama. Mesin ini memang dirancang untuk memiliki efisiensi tingkat tinggi ketimbang performa yang besar.
Saat kami mencoba Wuling Almas Hybrid berakselerasi dari diam hingga mencapai kecepatan 100 km/jam, hasilnya memang tidak terlalu tajam. Namun cukup untuk memberikan dorongan gravitasi tubuh ke sandaran jok meskipun rpm atau putaran mesin meraung tinggi. Namun bukankah Wuling Almaz Hybrid ini dilahirkan untuk menghemat pengeluaran biaya bahan bakar Anda? Soal performa kecepatan tentu jadi nomor sekian.
Berkendara dalam EV Mode tentunya menjadi hal yang sangat dinanti dalam pengujian singkat kali ini. Wuling Almaz Hybrid mampu memberikan perlindungan suara yang cukup baik, artinya suara dari jalanan atau road noise tersaring cukup baik hingga ke telinga pengendara di kabin. Tingkat kesenyapannya boleh diacungi jempol.
Soal kabin, kami merasakan ada yang berbeda pada Jok Wuling Almaz Hybrid ketimbang pendahulunya Wuling Almaz RS. Kami merasa joknya lebih tebal sedikit, memang lebih nyaman namun visual atau eye level jadi terasa lebih tinggi dari sebelumnya. Kendati demikian kami masih dapat menikmati kabinnya dengan nyaman beserta dengan fitur pendukungnya seperti Wuling Indonesia Command, perintah suara berbahasa Indonesia.
Wuling Almas Hybrid menggunakan sistem suspensi belakang Torsion Beam menggantikan Independent Suspension yang ada pada varian Wuling Almaz Turbo 1.5 sebelumnya. Hal ini dilakukan Wuling Motors untuk mengakomodir kelebihan bobot yang diusung akibat posisi baterai yang berada di bawah bangku penumpang belakang. Ayunan suspensinya jadi terasa lebih lembut saat guncangan, namun tidak memberikan efek limbung berlebih saat di tikungan.
Secara umum Wuling Almaz Hybrid dengan harga Rp 470 juta kami anggap mampu mengakomodir kebutuhan pengguna yang membeli mobil tidak terpaku pada merek. Secara model, Wuling Almaz Hybrid yang bergenre SUV memiliki ground clearence yang cukup tinggi, sehingga kapabilitasnya di jalan cukup besar.
Kapasitas penumpangnya pun mampu diisi oleh tujuh orang, meskipun bila hanya berpergian bersama lima orang akan lebih nyaman. Fitur yang diusungnya pun ramai dan high end, sangat bermanfaat bagi pengendaranya dan penumpangnya. Wuling Almaz Hybrid layak dipertimbangkan.