Banyak yang menganggap Ford Model B kelahiran 1932 yang akrab disapa Deuce oleh penggemar Hot Rod merupakan salah satu mobil terbaik sepanjang masa. Strategi jitu yang diterapkan oleh Henry Ford sukses menjadi tonggak evolusi ranah otomotif Amerika Serikat dari sebuah kendaraan mewah berbanderol selangit menjadi alat transportasi yang praktis dengan harga terjangkau saat itu.

Tak heran jika model dimaksud menjadi favorit semua orang di Negara Paman Sam. Termasuk generasi muda pecinta mobil yang mulai gandrung memodifikasi mobil dengan cara menukar mesin, transmisi hingga beragam komponen milik mobil lain. Untuk memangkas bobot, mereka sengaja melepas bagian-bagian yang dianggap tidak penting seperti fender dan bahkan kaca depan. Dari sinilah Hot Rod lahir hingga kini menjadi sebuah kultur.

Terinspirasi dari penampil di majalah Rodder’s Journal, Ford three-window 1932 milik Tom Bandoni, pria asal Negeri Sakura bernama Takehito Yamato langsung menyambangi gerai custom bernama Walden Speed Shop (WSS). Bermodalkan konsep traditional Hot Rod yang wajib menggunakan satu set lampu depan E&J, atap yang dipangkas 5,5 inci dan kelir Cordoba Tan, pria bertubuh tambun ini nekat langsung menemui Bobby Walden, si pemilik bengkel.

Ford-Coupe-3-window-Deuce-4

Gayung bersambut. Yang pertama kali digarap adalah bagian atap. Untuk menterjemahkan konsep si pemilik, Bobby memangkas pilar A dan C Deuce Coupe sebanyak 5,5 inci. Langkah selanjutnya adalah menidurkan kaca depan 2 inci dan mendorong ke depan kaca belakang hingga 3/4 inci. Setelah proses chooping dan welding kelar, body langsung diboyong ke atas Frame Ultimate Hi-Boy kreasi WSS.

Ada kisah menarik saat E&J headlight dipasang. Punggawa Galpin Auto Sports, Dave Shuten yang saat itu sedang berkunjung ke markas WSS di California sempat melihat lampu depan tersebut. Shuten langsung ingat bahwa dia pernah menjual E&J headlight ke Yamato di Jepang. Tak disangka lampu dimaksud ternyata terbang kembali melintasi Samudera Pasifik dan singgah di gerai WSS.

Cerita berlanjut ke proses perombakan kaki-kaki. Sistem suspensi Houdile di depan sengaja dipadankan dengan per karya WSS yang lebih tinggi 5 inci dibanding per bawaan. Agar wheelbasenya lebih panjang 2 inci, per tersebut dipasang di belakang axle yang telah diturunkan banyak 4 inci untuk mengejar tampilan merunduk. Sementara peredam kejut buritan dipercayakan pada brand QA1 yang dikombinasikan dengan per daun Ford Model A serta sway bar WSS.

Ford-Coupe-3-window-Deuce-4

Urusan mesin, Bobby Walden memilih untuk mencangkokkan lumbung pacu Chevrolet ZZ3 383ci. Agar performanya lebih maksimal, segelondong blower 4-71 dari WSS, karburator Holley 2BBL serta head alumunium pun dipasang.

Nah, sekarang giliran ruang kabin yang dirombak. Agar mampu menjadi magnet bagi penggemar traditional hot rod, bagian lantai yang sudah keropos terpaksa dienyahkan dan diganti dengan panel kayu yang dibuat langsung oleh carpenter di WSS. Aksen ini dipadukan dengan material alumunium yang dipowdercoating hitam. Yang unik, untuk jok Yamato sengaja memasang sepasang jok milik Mitsubishi A6M Zero alias Zero Fighter yang sempat membela panji Nippon saat berlangsungnya Perang Dunia II. Biar suasana kokpit pesawat tempur makin terasa, Bobby mengadopsi dashboard Classic Instruments Moal Bomber Series plus satu set kompas.

Semua kombinasi ini membuat Deuce Coupe ini diterbangkan langsung ke Jepang dan dipajang sebagai salah satu bintang tamu pada gelaran Yokohama Hot Rod Custom Show 2014 dan kembali menjadi penampil di ajang serupa Desember tahun lalu.