Pudarnya masa keemasan balap circuit papan alias board track racing akibat didera kesulitan pemeliharaan sirkuit membuat penggila olahraga bermotor harus memutar otak guna menyalurkan hobinya. Adu pacu mendaki bukit akhirnya jadi pilihan. Yup, popularitas hillclimber kian membubung lantaran didukung penuh oleh “the big three”. Ya, pabrikan roda dua teratas saat itu; Harley-Davidson, Indian dan Excelsior butuh wahana untuk memamerkan performa dan daya tahan produk-produk mereka.
Kebutuhan akan performa membuat mereka melakukan beragam cara. Salah satunya adalah dengan mengadopsi teknologi overhead-valve. Inovasi yang diterapkan oleh Excelsior pada model Super X berhasil mengasapi seteru abadinya, termasuk Indian Altoona yang mengadopsi teknologi serupa. Buah racikan builder bernama Andy Koslow menjadi yang tercepat saat itu. Di tangannya, Super X OHV 45 besutan Joe Petrali menjadi kampiun National Hillclimb Championship 1929 dan setahun kemudian giliran Gene Rhyne yang merebut gelar tersebut.
Sayangnya, lantaran didera gejolak ekonomi di AS, pada September 1931 sang pemilik, Ignaz Schwinn memutuskan untuk menutup Excelsior Motor Manufacturing & Supply Company. Untungnya Koslow berhasil mendapatkan blueprint teknologi overhead valve ini dari Excelsior setelah meyakinkan si pemilik yang juga pendiri pabrik sepeda Schwinn tersebut. Sejak saat itu, bengkel Andy memproduksi sendiri mesin berteknologi OHV dalam jumlah yang terbatas.
Kami sangat beruntung bisa menyentuh langsung salah satu head karya Andy Koslow di Jepang. Harley-Davidson 1934 dimaksud merupakan buah kolaborasi dari juragan Jurassic Custom, Shinsuke Takizawa, dengan punggawa Cheetah Custom Cycles, Toshiyuki Osawa.
Sejatinya, motor ini dibangun untuk ditampilkan di perhelatan motor klasik dan vintage chopper tahunan bertajuk Born Free. Alih-alih membiarkan tampilan orisinil, Shin yang juga pendiri brand clothing Neigborhood ini malah melepas beragam komponen guna memangkas bobot untuk turun sebagai beach racer di ajang The Race of Gentleman.