Maman Fathurrohman (Isuzu): Hobi Sejalan Profesi

Mengenakan sepatu kets, celana jins dipadu kemeja tangan panjang dilipat, Maman Fathurrohman terlihat santai keluar dari Isuzu MU-X yang dipacunya sehari-hari. Di punggungnya, sosok kelahiran Kota Gudeg ini menggendong sebuah tas yang berisi drone.

Profesional otomotif yang akrab disapa Ayah Maman ini memang seorang pelukis cahaya ulung. Minatnya pada fotografi udara menggunakan drone melengkapi hobi fotografinya yang sudah lama ia tekuni.

Ia telah mengenal fotografi sejak sekolah menengah pertama dan terus ia jalani hingga kini bertugas memimpin Departemen Marketing Promosi PT Isuzu Astra Motor Indonesia. Penugasan kantor yang membawanya ke banyak daerah pun dimanfaatkan buat hunting gambar-gambar memorable.

Kami menemuinya di sebuah gerai kopi yang terlihat cukup otentik untuk membincangkan beragam topik. Mulai dari kecintaannya pada kamera hingga kiprahnya di salah satu brand otomotif yang sangat diperhitungkan apabila berbicara kendaraan komersial dan mobil diesel.

Bagaimana awalnya Anda bisa mengenal fotografi?

Dari SMP saya sudah mengenal fotografi lewat ekstrakulikuler. Dari situ saya senang ­nyampur-nyampu fixer di kamar gelap.

Apa kamera pertama Anda?

Kamera pertama saya Yashica. Dan sekarang saya pakai dua kamera, mirrorless Sony dan DSLR Canon. Selain itu saya juga pernah punya Nikon FM2, Nikon F3 yang waktu itu paling keren di jamannya. Yang viewfinder-nya bisa dicopot.

Menurut Anda, apa yang menarik dari fotografi?

Yang menyenangkan dari fotografi adalah menangkap momennya. Karena sebenarnya kan tidak gampang. Minat saya ini lalu diperkuat ketika jaman kuliah di komunikasi.

Lalu kalau mengenai hobi Anda bermain drone?

Drone kan juga ada kameranya jadi kita bisa mengambil gambar dari angle yang berbeda. Yang saya pakai sekarang DJI Mavic.

Pernah mengalami drone jatuh?

Waktu itu ada event Elf di kaki Gunung Lokon, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara, drone saya jatuh. Pokoknya, musuh utama drone itu angin.

Lalu soal profesi, bagaimana mulanya bisa menjadi profesional di industri otomotif?

Mulanya justru tidak sengaja. Karena pada waktu itu saya masih bekerja di biro iklan. Lalu klien bilang, “Man, tolong carikan temanmu buat bantu saya.” Saya jawab, “Kenapa bukan saya saja, pak?”

Nah, minggu depannya meeting langsung lanjut interview. Waktu itu kliennya Daihatsu dan mereka sedang persiapan launching Taruna tahun 1999.

Sekarang sudah delapan belas tahun berkecimpung di dunia otomotif. Apa hal menarik yang membuat Anda bertahan?

Dari awal passion saya komunikasi. Dan untuk di otomotif ini sangat dinamis. Saya suka kedinamisannya. Menariknya, di komersial, ada yang bilang tidak ‘seksi’. Padahal terbalik, justru di komersial itu produknya sangat seksi.

Dalam arti produk yang kita distribusikan atau jual itu variannya disesuaikan dengan apa yang mau diangkut. Jadi variannya sudah sangat spesifik. Yang kedua marketnya bukan hanya perkotaan. Event-nya pun kadang-kadang ndeso. Tidak hanya di hotel-hotel mewah. Sangat challenging.

Selama berkarir dengan Isuzu, karya apa yang paling Anda banggakan?

Waktu saya masuk ke Isuzu itu lagi persiapan launching New Panther. Transisi dari Panther ‘kotak’ ke Panther ‘kapsul’. Waktu itu kita launcing-nya tahun 2000 dan waktu itu pula pertama kali saya terlibat di motor show, GAIKINDO Auto Show. Setelah pameran itu vakum sejak 1996 karena krismon dan mulai lagi 2000.

Lalu ada beberapa aktvitas lain yang buat saya pribadi sangat mengena. Yaitu Laga Pantura Ke-2 dan dua Laga Wisata, Jakarta dan Surabaya. Karena Laga Wisata ini bisa mengundang seribu lebih pemilik Panther buat city rally. Coba bayangkan, pernah ada tidak city rally diikuti seribu mobil dari satu merek dan satu tipe?

Wah, sangat kreatif sekali. Kami jadi penasaran seperi apa sih sosok Maman Faturahman selagi masih menjadi mahasiswa Komunikasi, Universitas Gajah Mada?

Sebetulnya kalau menceritakan masa kuliah, agak memalukan. Seandainya saya hidup (sebagai mahasiswa) di masa sekarang, saya akan susah cari kerja. Karena saya bukan pengejar nilai. Nilai saya pas-pasan. Saya lebih banyak aktif di organisasi.

Bisa mengadakan acara komunitas sebesar itu pastinya Anda akrab dengan komuninas mobil-mobil Isuzu. Menurut Anda apa pentingnya komunitas bagi brand Isuzu?

Pentingnya, karena komunitas itu rata-rata adalah loyalis. Para loyalis ini bisa menjadi brand guardian kita. Jika ada apa-apa, mereka bisa kasih tahu ke kita. Prinsipnya, seperti slogan rumah makan Padang, “Anda puas beri tahu teman, Anda tidak puas beri tahu kami.” Mereka juga dapat menjadi corong bagi kita. Dan semakin ke sini komunitas itu makin banyak anggotanya dan semakin kuat.

Kalau boleh tahu, komunitas apa saja yang Anda ada di dalamnya?

Saya ada di Panther Mania yang sekarang membernya sudah seribu lebih.

Sekarang ini konsumen mobil semakin kritis dan pintar dalam memilih produk. Menutur Anda, strategi mengiklan seperti apa yang tepat?

Semakin kemari fungsi iklan untuk memasarkan merek atau produk memang sudah berkurang. Diganti dengan medium yang lain, contohnya event community-based. Apalagi di kendaraan komersial rata-rata diisi banyak komunitas; komunitas driver atau komunitas owner. Melihat karakter produk kita, iklan memang berkurang. Sekarang pun orang larinya ke media sosial, digital.

Nah, belum lama ini Isuzu meluncurkan MU-X baru. Bagaimana Anda menggambarkan sesosok pengguna MU-X, terutama soal gaya hidupnya?

DNA MU-X itu adventurous. Jadi, para penggunanya itu adalah orang-orang yang menghabiskan weekend-nya bukan ke mal. Tapi Sabtu-Minggunya diisi dengan petualangan, misal ke Sawarna, Desa Pelangi, atau Gunung Pancar.

Seleranya, kalau dengar musik semacam lagu-lagu Iwan Fals. Kurang lebih begitu personifikasi penggunanya.

Adventurous ini tidak perlu kelihatan di tampang, yang penting dalam jiwanya.

Oiya, tidak pernah ke mal bukan berarti tidak punya uang ya, tapi tahu prioritas. Yang saya kenal konsumen MU-X banyak entrepreneur. Dan mereka sangat suka touring.

Kalau Anda sendiri apakah merasa punya jiwa adventurous seperti itu?

Iyalah, karena nyetir itu menyenangkan. Ketika nyetir itu kita in control. Kadang kalau menjadi penumpang suka khawatir, “Orang ini bisa nyetir tidak ya?”

Ini pertanyaan terakhir, dengan posisi Anda di Isuzu sekarang, apa yang akan ada lakukan ke depannya?

Mimpi saya pengen membawa Isuzu punya brand equity yang menguat. Lalu makin dipercaya sama orang sehingga jualan kita makin banyak. Dan produk kita secara merata diterima. Salah satu langkahnya adalah kemarin di GIIAS 2017 kita split antara (booth) truk dan non truk.