Di penghujung Agustus ini publik tidak hanya disuguhi produk otomotif terkini tapi juga koleksi mobil klasik. Otoblitz Indonesia Classic Car Show (OICC-Show) 2015 kembali dihelat berbarengan dengan dua ajang pameran otomotif lainnya. Bedanya jelas, pameran yang satu ini hanya menampilkan mobil-mobil langka dan bersejarah.

OICCS-2015-a

Salah satu “tamu kehormatan” yang hadir pada OICC-Show 2015 ialah koleksi mobil kepresidenan yang pernah digunakan oleh mantan presiden Suharto. Berupa satu unit Mercedes-Benz G-Class (1995) serta dua unit Cadillac Limousine, masing-masing lansiran tahun 1966 dan 1971.

OICCS-2015-e

Pameran yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta sejak Jumat hingga Minggu (28-30/8) tersebut diharapkan bisa menjadi pelengkap yang mengiringi kemajuan industri otomotif Tanah Air.

OICCS-2015-g

“Melalui kolaborasi tersebut, diharapkan pengunjung akan bisa menyaksikan sejarah mobil-mobil klasik di Indonesia, sambil menikmati perkembangan dunia otomotif dunia yang tampil melalui mobil-mobil terkini,” jelas Azman Osman, Konseptor OICC-Show 2015.

OICCS-2015-i

Prosesi diresmikannya pameran ditandai dengan penarikan selubung Stars of The Show. Mobil-mobil langka dan eksotis hasil dari restorasi tahunan yang baru kali pertama tampil di hadapan publik. Diantaranya, Mercedes-Benz 330d Adenauer (1962), VW Kharman Ghia T34 (1967), Ford Model T (1908), Dodge Brother Business Coupe (1924) Chevy Pick Up 3100 (1957), dan Mercedes-Benz 220s Ponton Cabrio (1954).

OICCS-2015-h

Selebihnya, pengunjung bisa menikmati koleksi kendaraan klasik berdasarkan beberapa kategori. Seperti American All Stars yang dihuni oleh mobil-mobil berotot layaknya Chevy Corvette dan Dodge Charger. Kemudian, ada pula European Stars yang diwakili oleh mobil-mobil buatan Jerman, Italia, ataupun Britania Raya.

OICCS-2015-c

One of the best pameran otomotif. Koleksi yang dipamerkan gila-gila,” aku David “Naif” Bayu Danangjaya saat ditemui di lokasi OICC-Show 2015. Namun, kepada TheGaspol, vokalis yang mengaku sedang merestorasi BMW R25 (1955) ini menyayangkan sedikitnya jumlah koleksi sepeda motor. “Motornya kurang banyak,” pungkas David.