Ban jip dan SUV memiliki perbedaaan tapak yang dirancang untuk masing-masing penggunaan. Ban untuk jalanan aspal dan lintasan offroad misalnya, tentunya memiliki model tapak yang berbeda.

Untuk jalanan aspal, umumnya pemilik jip dan SUV mengandalkan tipe HT atau High Terrain, ban berdimensi besar yang memiliki kapabilitas optimal untuk digunakan pada kecepatan tinggi. Sementara tipe ban yang masih mampu mengakomodir kebutuhan kecepatan tinggi di jalanan aspal dan serta performa di lintasan offroad ringan, biasanya pengguna mengandalkan tipe AT atau All Terrain.

Untuk di lintasan offroad yang akrab dengan pasir berbatuan dan lumpur, umumnya menggunakan tipe MT (Mud Terrain) atau ban offorad yang lebih ekstrim lagi dengan kembangan tapak yang agresif.

Namun bukan berarti masing-masing tipe ban hanya aman untuk digunakan pada lintasan tertentu, karena pada dasarnya masing-masing tipe ban memiliki sifat dual purpose atau dapat beradaptasi menyesuaikan lintasan yang dipijaknya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Syamsir Alam, offroader nasional senior yang sudah mencicipi banyak trek offroad di Indonesia ini menyebutkan, ban offroad sekalipun tipe ekstrim sebetulnya aman juga untuk digunakan di aspal asal tekanan anginnya disesuaikan. Karena berbeda lintasan yang dipijak, berbeda pula ketentuan tekanan angin ban yang dibutuhkan.

“Untuk lintasan lumpur pekat misalnya, biasanya 15 psi sampai dengan 25 psi tergantung dengan muatan yang dibawa. Semakin berat muatan maka tekanan angin juga ditambah, jangan terlalu rendah agar kinerja ban tidak berat,” jelasnya dalam sebuah peluncuran ban offroad ekstrim, Delium Xtreme Xpedition di Jakarta.

Syamsir menambahkan, ban offroad esktrim seperti Delium Xtreme Xpedition pun cukup aman untuk penggunaan di jalanan aspal, asal tekanan anginnya minimal pada 30 psi. Kecepatan kendaraan juga sebaiknya dibatasi untuk tidak terlalu kencang mengingat jumlah tapak yang kontak langsung dengan aspal terbatas dan tidak mewakili seluruh permukaan  tapak ban.

“Dalam setiap perjalanan ekspedisi offroad tak seluruhnya mobil hanya berjalan didalam hutan saja. Sesekali di beberapa tempat kendaraan offroad juga melewati jalan aspal, misalnya perjalanan menuju dan keluar trek, atau berpindah lokasi Base Camp biasanya melewati jalan aspal puluhan hingga ratusan km. Selama tekanan anginnya sesuai dan kecepatan dikendalikan dengan benar sejauh ini aman-aman saja,” tukasnya lebih lanjut.