Bernostalgia diatas motor klasik yang dipersenjatai dengan beragam fitur modern? Semua bisa Anda nikmati bersama Royal Enfield Classic 500. Sayangnya niat mulia mengecap kosongnya jalan raya ibukota di akhir minggu terpaksa terdistraksi oleh berondongan pertanyaan orang-orang yang terpukau pesona motor berkelir desert storm ini.

Om ini motor perang ya? Senapannya mana om? Layaknya desingan peluru tentara sekutu ketika menghadapi pertahanan tentara Nazi di akhir Perang Dunia kedua, pertanyaan-pertanyaan tersebut acap kali terdengar takala menunggangi motor yang masuk lewat tangan PT.  Distributor Motor Indonesia ini. Ya, walaupun dicerca oleh orang yang penasaran tidak lantas membuat saya berkecil hati dan merasa seperti seorang prajurit yang kalah perang.

Royal-enfield-classic-500

Dengan dagu terangkat, saya malah terus merangsek ke depan sambil membetot throttle Royal Enfield Classic 500. Tidak perlu terburu-buru bermain di putaran mesin atas. Pasalnya, suara yang keluar dari laras knalpotnya malah terdengar lebih merdu saat berjalan dalam kecepatan dibawah 60km/jam. Dentuman yang keluar laksana mesin stamper jalan raya membuat jantung berdegup mengikuti irama.

Tidak hanya pertanyaan yang meluncur dari mereka yang melihat saya berkendara. Tatkala saya harus menyusuri jalan-jalan di pemukiman padat penduduk lantaran tidak mau berlama-lama menikmati kemacetan khas jam pulang kantor di ibu kota. Jalan pintas pikir saya. Sekonyong-konyong segerombolan anak-anak berseragam sekolah dasar tanpa alas kaki yang tengah bermain kelereng berdiri. Sejurus kemudian salah seorang dari mereka berkata. “Hormat-hormat ada motor perang!”

Royal-enfield-classic-500

Lantas mereka mengerubungi sambil melempar bermacam pertanyaan yang tidak jauh dari hal-hal yang berbau militer disertai tingkah polos mereka tentunya. Hingga suara seorang pria paruh baya membuyarkan keceriaan mereka. “Hey, ngapain tong. Awas itu motor antik peninggalan zaman perang, itu motor sama Babeh tuaan motor. Merawatnya pasti susah itu.” ucapnya seraya mendekat.

Pepatah usang yang berbunyi “don’t judge a book by it’s cover” tampaknya harus dipahami benar oleh orang-orang seperti ini. Atau malah sebaliknya, para punggawa Royal Enfield sukses menipu mereka. Mempertahankan desain klasik yang menjadi ciri khas selama beberapa dekade malah menjadi nilai tambah. Buktinya, banyak orang yang tertipu dengan penampilannya.

Royal-enfield-classic-500

Walau tampak “tua”, namun sejatinya Royal Enfield Classic 500 telah mengadopsi sistem pasokan bahan bakar  injeksi di mesin satu silinder empat tak, twin spark berkapasitas 499 cc. Fitur modern lain yang tersemat adalah elektrik starter. Berbekal lumbung tersebut Royal Enfield Classic 500 diklaim memiliki tenaga maksimal sebesar 27,2 hp pada 5.250 rpm dan 41,3 Nm pada 4.000 rpm.

Salahkan mereka? Jelas tidak! Bagaimana mungkin timbul pertanyaan-pertanyaan seperti yang saya sebutkan diatas jika tanpa sebab. Terlebih balutan kelir berwarna Dessert Strom makin membuatnya seolah-olah muncul dari era perang dunia kedua. Tampaknya komitmen Royal Enfield untuk mempertahankan ciri khas motor klasiknya terbukti sudah.

Esoknya sesampainya di kantor, saya pun menceritakan kejadian-kejadian yang saya alami kepada seorang rekan. Belum usai bercerita, gelak tawa tak henti-hentinya terdengar. Bahkan dia berkata dengan nada meledek, “harusnya pakai kostum tentara kalau mau riding.”