Saat gelaran the 23rd Yokohama Hot Rod Custom Show beberapa waktu lalu, kami sempat terkesima oleh satu BMW R nineT yang masuk di BMW R nineT Custom Project. Motor bergaya café racer ini memiliki desain yang kompak, sporty namun tampak nyaman digunakan. Kami sempat bertanya pada Ola Stenegard, Head of Vehicle Design BMW Motorrad, motor mana yang dia favoritkan. Dan Ola menjawab bahwa motor dengan bokong bertorehkan angka 46 adalah motor yang paling dia inginkan. Voila! BMW R nineT tersebut memang sudah kami incar jauh sebelum kami berangkat ke Jepang. Bahkan TheGasPolCom sudah mengirimkan surat elektronik kepada Shiro Nakajima, punggawa 46 Works yang membangun motor tersebut, untuk bertemu.
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Nakajima san mengundang TheGasPolCom untuk berkunjung ke workshopnya di kaki gunung Yatsugatake. Ditemani oleh Djoko Iman Santoso, punggawa ID Motoart dan tim Indonesia lainnya, kami disambut langsung oleh builder berusia 44 tahun ini di stasiun Kobuchizawa, di tengah kota Hokuto, Yamanashi Prefecture. Berikut hasil perbincangan kami di rumah sekaligus workshopnya yang asri.
Hi Nakajima san, apa kabar?
Baik, ayo kita langsung ke workshop.
Di dalam Volvo 240 GL, obrolan pun berlanjut. Bahkan pemacu BMW R90/6 ini sempat melontarkan pertanyaan, kenapa kami memilih untuk berkunjung ke gerainya. Kami menjawab bahwa ban BMW R nineT kreasinya yang sudah mulai mengelupas membuat kami menyimpulkan bahwa motor inilah yang paling sering dipacu.
Perbincangan di dalam station wagon ini tambah seru saat Shiro Nakajima menuturkan bahwa kontur jalan winding di kaki gunung tersebut sangat mengasyikkan tatkala dirinya menjajal motor kreasinya. Dia bisa mengujicoba kemampuan mulai dari sistem suspensi hingga sistem pengereman. Kami yang sebelumnya ingin mencoba riding dengan motor buatan mantan punggawa Ritmo Sereno ini, terpaksa mengurungkan niat. Lantaran suhu udara di Yamanashi mendekati 1 derajat celcius. Ketimbang beku, lebih baik kami diam di dalam mobil yang nyaman dengan penghangat udara. Terlena dengan indahnya panorama kaki gunung Yatsugatake dan gunung Fuji di kejauhan, tanpa disadari akhirnya kami tiba di sebuah rumah kayu yang asri.
Kapan pertama kali Anda suka sepeda motor?
Saat saya duduk di high school. Waktu itu saya berusia 16 tahun, jadi sekitar 28 tahun yang lalu.
Apa motor pertama Anda?
Di Jepang, Anda tidak bisa memiliki surat ijin mengemudi sampai Anda berusia 18 tahun. Jadi, saat saya kuliah dan sudah punya SIM, saya membeli Yamaha SR.
Kapan Anda mulai memodifikasi motor?
Saat saya punya Yamaha SR. Saya tidak suka Yamaha SR standar. Jadi saya modifikasi sendiri. Potong sana-potong sini sampai pasang muffler bawaan motor lain. Jadi motor pertama dan motor yang saya modifikasi pertama kali ya Yamaha SR.
Kenapa Anda suka modifikasi motor?
Saya tidak suka tampang standar sebuah sepeda motor. Dan saya mau punya motor yang berbeda, yang bisa menunjukkan karakter saya. Saya juga menginginkan motor yang kencang, menyenangkan dan punya performa buas. Jadi saya modifikasi sendiri.
Kita tahu, bahwa Anda lah yang membesarkan Ritmo Sereno (sebuah gerai modifikasi ternama di Tokyo). Apa yang Anda lakukan di sana sebelum membuka bengkel sendiri?
Di Ritmo Sereno saya punya kesibukan yang luar biasa. Mulai dari memodifikasi motor, mengurusi manajemen, mengangkat telepon sampai menangani customer.
Lalu, kenapa Anda memutuskan untuk membuka 46 Works?
Saya ini custom builder, bukan manajer. Jadi saya hanya mau memodifikasi sepeda motor.
Kenapa Anda memilih tempat di sini?
Kawasan ini sangat tenang, sepi, kering dan jarang hujan. Cuaca yang kering sangat baik untuk motor dan mobil klasik karena tidak membuat mobil atau motor karat. Sesungguhnya saya sudah mengincar rumah ini sejak dua tahun lalu, dan kemudian saya memutuskan untuk membelinya.
Kalau tidak salah, Anda juga membuat furniture. Apakah itu hobi lain Anda?
Dulu membuat perlengkapan rumah merupakan hobi saya. Namun kini juga menjadi salah satu pekerjaan saya selain memodifikasi mobil dan motor. Saya suka klasik furniture. Dan harga furniture klasik sangat mahal, jadi saya buat sendiri. Bahkan hampir sebagian besar ruangan di rumah ini saya buat sendiri, termasuk ruang kantor ini.
Kalau builder lain biasanya mendesain motornya terlebih dahulu, lewat gambar di kertas atau di computer. Bagaimana dengan Anda?
Saya tidak pernah mendesain motor lewat gambar. Semua ada di kepala saya. Jadi saya langsung tuangkan imajinasi saya di lempengan metal, memotong, menekuk dan mengimplementasikannya langsung di motor. Karena menurut saya sangat sulit melakukan proses gambar terlebih dahulu.
Darimana datangnya inspirasi Anda saat akan memodifikasi motor?
Saya punya banyak ide di kepala saya. Pasalnya dari saya kecil saya sudah membaca banyak majalah dan menonton banyak film. Ide-ide yang datang dari media seperti itulah yang tersimpan rapi di dalam kepala saya.
Kalau sedang buntu dan tidak ada ide, apa yang Anda lakukan?
Saya tidak pernah mengalaminya. Setiap hari selalu saja ada inspirasi yang datang.
Apa pendapat Anda tentang industri custom di Jepang?
Custom builder Jepang belakangan mulai memiliki kualitas yang tinggi. Sebelumnya di Jepang, custom builder yang mampu membuat motor dengan desain bagus serta pengendalian mantap sangat sedikit. Biasanya mereka hanya mengedepankan tampilan saja, tanpa memikirkan penggunaannya. Namun sekarang secara perlahan, mereka sudah mulai mengubahnya. Kian hari, kian baik.
Bagaimana dengan tren modifikasi motor di Jepang sekarang?
Sekarang gaya café racer sangat digemari di Jepang. Beberapa tahun lalu memang orang Jepang menggilai gaya tracker ala Brat Style. Tapi sekarang sudah berubah.
Ada pesan untuk custom builder di Indonesia?
Sesungguhnya saya kurang paham tentang scene custom di Indonesia. Tapi pesan saya yang paling penting saat memodifikasi motor adalah motor tersebut harus safety, fun riding and good looking. Saya rasa tiga hal tersebut yang harus diperhatikan.