Order pembuatan motor custom ini awalnya seperti salah alamat. Saat pertama datang ke Suicide Customs, sang klien ingin membuat tunggangan bergaya old school. What? “Terus terang saya tak punya ide untuk mendesain motor ini,” ujar Koichi Sakaguchi sang komandan Suicide Customs.
Wajar rasa terkejut hadir di wajah pria yang akrab disapa Koh ini. Pasalnya ia memang lebih sering membangun karya yang berlairan modern dan hi-tech. Dan sejurunya ia tak suka aliran old school yang dirasa terlalu mainstream di Jepang. Tak heran ketika ia ditantang menciptakan motor bergaya jadul membuat dirinya bingung sendiri.
“Saya ingin motor yang bertenaga, tapi saya tak suka ban lebar dengan swingarm serta fork modern,” kenang Koh saat itu. Walau ada pepatah lain lubuk lain belalang, tapi bagi kami dimanapun rasanya sama. Sudah pasti pamali menolak order. Dan Koh yakin sekali dalam sebuah kondisi yang pelik pasti ada jalan keluar.
Sang pemesan yang adalah seorang sopir truk besar dan berkantor di dekat bengkel. Namun begitu, sang klien juga merupakan penggemar American Muscle Car. “Pertamakali ke tempat saya, dia mengendarai Plymouth Barracuda,” ujar Koh. Sopir truk berusia 37 tahun ini memang tak bisa dianggap enteng. Sebab pengetahuannya tentang otomotif sangat tinggi.
Akhirnya Koh menerima order ini dengan sedikit permintaan. “Apakah saya bisa mencantumkan sejumlah parts berbahan billet di motor kamu?” Tanya Koh ke sang klien. Langsung saja dijawab, “Boleh saja, tapi jangan terlalu banyak ya.”
Langkah awal pengerjaan dimulai dengan mengambil sebuah mesin Shovelhead, transmisi dan teman-temannya dari sebuah Harley-Davidson Sportster XLCR 1979. Namun bagian atas mesin semua digusur dengan produk Thunder Heads yang terbilang langka di dunia H-D.
Dengan bantuan program CAD (Computer Aided Design) Catia, semua langkah pengerjaan diawali lewat monitor komputer. Dan sejurus kemudian dimulailah pembuatan rangka dasarnya, Koh mulai membuat frame yang sesuai aliran old-school yang lebih cenderung bergaya hardtail, alias tanpa suspensi belakang.
Dan ketika struktur awal berdiri. Tim Suicide Customs mulai memainkan mesin CNC milik mereka untuk meracik knalpot, sprocket cover, pushrod cover, velg, hub, triple tree, dan lampu. Peranti lain yang tak dikerjakan di bengkel adalah jok yang dipesan dari Jerman. Nah, ada yang menarik, “Tangki bensin saya pesan dari Indonesia. Dan saya memesannya dari bengkel custom di Bandung, namun sirip tangki dan side panel kami buat di sini dengan bantuan mesin CNC” tukas Koh. Nah, ketika motor sudah Nampak wujudnya sebagai rolling chassis. Koh mulai memesan beberapa parts billet dari Kustom Tech Italia.
“Saya ingin menciptakan sebuah tungganan yang simple dan kompak, saya rakit frame yang memiliki sumbu roda pendek. Lalu kemiringan rake 3 derajat rake di triple tree membuat motor ini sangat mudah dikendarai, seimbang dan tentu saja bertenaga dengan ubahan flywheel, piston dan pinion shaft dan sprocket memakai teknologi WPC coating. Alhasil semua terasa smooth dan minim gesekan.
So, kala motor telah rampung. Koh malah melontarkan salah satu statement yang agak aneh, “Sampai saat ini, motor ini masih menjadi favorit saya, saya memakai banyak parts Kustom. There’s a lot of cool parts!” Dan klimaksnya, kejadian mengharukan terjadi saat pemilik datang menjemput motor di hari serah terima. “Ia menangis dan mengucapkan banyak terimakasih kepada kami,” tutup Koh.