You never loose money on it if you know how to decide which car you’ll have
Kecintaan seorang Reza Salahuddin terhadap mobil klasik sudah dimulai sejak peraih gelar Master dari Boston University majoring Multinational Comerce tersebut masih duduk di bangku SMP. Menurutnya, masing-masing manufaktur memiliki ciri khas tersendiri yang tidak mungkin disamai oleh pabrikan lainnya. “Karakteristik pada mobil-mobil yang diproduksi sebelum era 90an lebih kelihatan. Mungkin itu sebabnya saya lebih suka pada mobil-mobil tua. Tidak seperti mobil keluaran sekarang yang terlihat generik. Makin kesini kok tampaknya desain setiap mobil tidak ada bedanya,” ungkap Reza. Seiring bertambahnya usia, kegilaannya pada mobil klasik pun kian menjadi. Ratusan literatur yang membahas mobil-mobil klasik pun jadi acuan. Passion-nya pada mobil-mobil historical makin terakumulasi setelah weekend chef ini sering menyimak gelaran lelang yang digelar oleh balai lelang ternama, Barret-Jackson di Arizona atau RM Auction di Peeble Beach, California misalnya.
Pelajaran Berharga
Larangan mengimpor mobil bekas membuat para kolektor mobil klasik di Indonesia harus memutar otak lebih keras untuk mengeksplor potensi-potensi yang ada di dalam negeri dan membuat mereka makin kreatif. Handicap-handicap yang ada di dunia mobil klasik Indonesia tidak membuat kelahiran Jakarta, 31 Maret 1972 tersebut patah semangat. Berbagai cara dilakukan untuk menghadirkan mobil idaman di dalam garasinya. Mulai dari berburu sendiri hingga mendapatkan informasi dari teman-teman sesame pecinta mobil klasik.
“Akibat sering melahap berbagai bacaan serta melihat beberapa lelang mobil klasik yang ditayangkan di televisi atau bahkan internet, maka saya mendapat pelajaran yang berharga. Saya jadi tahu mobil apa yang layak dikoleksi dan mobil apa yang tidak memiliki harga. Karena ada beberapa mobil yang meskipun telah direstorasi dan didandani habis-habisan tidak akan mendongkrak harga jualnya,” ujar kolektor mobil klasik khusus yang memiliki performa tinggi ini. Menurutnya masih ada lagi beberapa persyaratan yang harus diterapkan agar mobil yang dikoleksi menjadi appreciate in value, “Bagi saya yang paling penting mobil tersebut harus memiliki ride history dan ride pedigree then it become a timeless investment.”
Eleanor Replica
Menyimak penjelasan yang diutarakan ayah dari Issac Salahudin itu, tidak heran jika kini di garasi rumahnya telah tersimpan beberapa mobil yang masuk dalam kategori langka. Sebut saja Ford Mustang Shelby GT500, Ford Mustang Shelby GT350, Ferrari Testarossa dan Ferrari 355. Kedua Ferrari ini dipilih lantaran memiliki desain yang abadi. “Menurut saya, bentuk Ferrari yang paling cantik adalah yang masih didesain oleh Almarhum Enzo Ferrari. Setelah beliau meninggal, sepertinya desain Ferrari sedikit kehilangan karakter,” alasannya. Sementara nama besar Shelby di dunia balap yang melatarbelakangi Reza untuk Ford Mustang. “History Shelby yang membuat saya memutuskan arah restorasi mobil ini. Siapapun tahu bahwa Caroll Shelby merupakan jaminan di Amerika Serikat. Jadi kapanpun saya mau menjualnya, mobil ini masih memiliki nilai yang tinggi. Hitung-hitung investasi, “ tambah Reza.
Kecintaannya terhadap mobil klasik diimplementasikan dalam restorasi Shelby GT500 lewat cara yang berbeda. Setelah terpesona pada aksi mobil berjuluk Eleanor di film Gone in 60 Second, Reza lantas mengontak Touchstone Pictures yang membuat film tersebut. Setelah diinformasikan bahwa mobil tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Shelby dengan Unique Performance, maka pria yang bermukim di kawasan Pondok Indah ini langsung memberikan VIN (Vehicle Identity Number) ke gerai yang menggawangi modifikasi sang Eleanor. Setelah semua komponen yang dipesan datang, maka proses restorasi pun segera berjalan. “Sebagian besar spare parts nya tidak terlalu banyak di-custom lagi, tinggal fitting saja. Sedangkan mesin dengan kompresi yang lebih tinggi dan di-set up langsung oleh Shelby membuat saya memilih untuk mendatangkan dapur pacu Shelby 427 langsung dari Amerika Serikat,” tutupnya.