Instruktur safety riding profesional Joel D. Mastama menegaskan, pengetahuan berlalulintas perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan formal. Materi yang diberikan tidak harus memuat tentang undang-undang. Namun bisa dimulai dari pengenalan situasi serta etika berkendara.
“Di luar negeri itu ada pendidikan dini mengenai tata cara berlalulintas, tidak perlu aturan,” ujarnya di Jakarta, Minggu (4/10). Berkaca dari negara lain, para siswa biasanya diajak berjalan kaki untuk mengenali situasi jalan raya.
Sayangnya, infrastruktur yang kurang memadai akan jadi tantangan berikutnya untuk menerapkan cara tersebut di Indonesia. “Sekarang dimana ada trotoar yang aman buat ngajarin anak-anak?” sambungnya.
Selama ini pemberian materi mengenai safety riding masih sebatas pada acara-acara non formal. Seperti safety briefing yang diikuiti oleh sekitar 25 rider sebelum melakukan rolling thunder menuju Unity Pitstop pada gelaran Indonesia Motorcycle Fest 2015 di Plaza Timur Senayan, Jakarta.
Pada acara safety biefing yang digelar oleh Unity Team tersebut Joel membeberkan materi seputar tata cara berkendara berkelompok. Materi yang diberikan fokus pada pembagian formasi berkendara, tugas-tugas yang diemban oleh road captain dan para officer rombongan, serta hand signal yang telah jadi standar internasional.
Joel menawarkan formula S.E.E bagi rider sebelum mengambil keputusan di jalan raya. Pertama, seorang rider harus selalu melakukan pencarian (search) dan memperhatikan setiap potensi risiko. Kemudian mengevaluasi (evaluate) potensi tersebut berdasarkan pergerakan kendaraan lain. Sebelumn akhirnya mengambil tindakan (execute) yang tepat.
Pengetahun safety riding semacam ini dinilai sangat penting untuk diketahui para biker karena akan melengkapi hal-hal yang belum tertuang pada undang-undang di setiap negara. Kemudian, komunitas diharapkan bisa berkontribusi untuk menyebarkan pengetahuan tersebut serta menjadi contoh perilaku berkendara aman di jalan raya.