Tigre: Hanya Pajang Produk Terkurasi

Tak perlu menerka. Deretan motor yang tampil di muka gerai ini sontak menyiratkan situasi di dalamnya. Di balik pintu masuknya, Anda akan langsung menemui display produk yang memajang helm, jaket kulit, gloves, google, sampai boots. Mengesankan kalau store ini sepenuhnya menawarkan perlengkapan khusus penggemar roda dua.

Kesan itu begitu kuat apalagi setelah Anda melihat sejumlah motor kustom dan skuter lawas yang nongkrong di dalam toko. Anggapan itu memang tak seratus persen salah, namun yang pasti Tigre berupaya lebih dari sekadar toko perlengkapan riding.

Tigre, yang memiliki toko fisik di kawasan Cipete, Jakarta Selatan berupaya memadukan antara konsep streetwear dan motorcycle apparel dalam koleksi produk yang ditawarkanya.

Hasil bincang-bincang kami dengan salah satu kru Tigre, harapannya perpaduan konsep tersebut dapat menjadikan Tigre bukan hanya destinasi belanja kalangan motoris, tapi lebih luas lagi.

Terlepas dari hal itu, mungkin sebagian dari Anda sudah tahu kalau Tigre yang aktif di Instagram dengan akun Tigre.id berdiri dari hasil gagasan selebriti, Omesh. Sosok yang juga dekat dengan scene roda dua, khususnya motor kustom.

Punya usut, sebenarnya pria bernama Ananda Rusdiana tersebut sudah lama menggunakan brand Tigre. Omesh memakai nama Tigre untuk koleksi kaos yang dibuatnya. Hanya saja koleksinya itu tidak dijual secara umum.

Tigre pun akhirnya berkembang lebih dari sebatas nama koleksi pribadi Omesh. Namun, alih-alih menjadi clothing line, Tigre justru tampil dengan wujud toko fisik yang menawarkan model bisnis konsinyasi atau titip jual.

Pada 25 Mei lalu Tigre baru saja menjalankan soft opening. Dengan koleksi produk yang datang dari lima belas brand penyalur. Targetnya, dalam waktu dekat Tigre bisa melipat gandakan jumlah brand yang menitipkan produknya di toko fisik mereka.

Keuntungan buat konsumen, Tigre menawarkan kemudahan buat mendapatkan produk-produk kualitas top. Karena dapat dipastikan brand yang masuk ke Tigre tidaklah asal-asalan.

Tigre berupaya menjaga tagline “A Curated Apparels and Accessories Store” miliknya. Yang berarti semua brand yang masuk ke Tigre sudah melewati kurasi yang dilakukan Omesh dibantu Luthfi sebagai General Manager di sana.

“Jadi semua brand yang ada di sini berdasarkan spesialiasi produknya,” kata Luthfi.

Kurasi yang dilakukan tentunya untuk melihat kualitas fisik produk yang bakal masuk. Meliputi material yang dipakai sampai teknik-tenkik pembuatan produk tersebut. Yang juga masuk pertimbangan adalah rencana jangka panjang sebuah brand untuk mengeluarkan produk-produk baru.

“Sebenarnya banyak (brand) yang ke sini pengen masuk tapi kan kami harus melihat dari segi kualitas, kuantitas, dan konsep brand,” sambung Luthfi.

Yang dimaksudnya konsep, brand tersebut sebaiknya membawa nilai-nilai keorisinilan yang dapat menjadi nilai tambah produknya. Jadi, Anda tak akan menemui t-shirt dengan sablon besar merek motor tertentu atau bertuliskan kutipan-kutipan umum dari internet.

Melainkan, hanya produk dengan karakter kuat dan dekat scene roda dua serta streetwear – misalnya skateboard atau musik – yang ada di sini.

Segelintir brand yang kini berada satu atap di Tigre antara lain: Meno Industries, Saint Barkley, Life Behind Bars, Fourspeed, Good Condition, Tesmak, Thrive, Riders and Rules, Minen, Rider’s Elite dan masih banyak lagi.

Buat brand, Tigre menawarkan kemudahan distribusi terutama untuk pemasaran di Ibu Kota. Ditambah lagi dengan sebaran digital yang luas. Hasil dari aktivitas promosi yang dilakukan oleh para brand ambassador.

Untuk ke depan Tigre sudah menyasar kota besar lain di Indonesia sebagai lokasi toko fisik selanjutnya. Salah satu kota yang disasar adalah Makassar karena industri kreatif juga cukup berkembang di sana. Omesh bahkan punya mimpi untuk membawa Tigre ke luar negeri.