Terlepas dari jenis kendaraannya, di jalan raya bisa ditemui pengendara dengan berbagai kepribadian. Termasuk mereka yang punya gaya berkendara agresif.

Ciri pengendara seperti ini bisa dilihat dari sikapnya yang selalu pengin tancap gas di kondisi lalu lintas sebenarnya padat. Kadang juga terkesan “maksa” untuk mendahului kendaraan di depannya atau mengambil jalur lain.

Demi keselamatan diri sendiri, dibutuhkan pemikiran jernih apabila dihadapkan dengan pengguna jalan semacam ini. Seperti halnya yang disarankan oleh instruktur defensive driving Rudy Novianto, Kamis (30/8) di Jakarta.

Kepada TheGaspol.com dirinya menjelaskan,”Tentunya kita harus punya pemahaman dasar bahwa saat kita di jalan raya, tidak semua orang punya skill bahkan attitude yang sama. Boleh jadi kita pengin jalan aman, tapi orang lain belum tentu.”

“Bisa jadi mereka sedang mengalami stres psikologi yang macam-macam sebabnya,” sambung pria yang menjadi salah satu pembicara dalam peluncuran ban GoodYear Assurance TripleMax 2 ini.

Bila dikaitkan dengan pengendara yang agresif, sejatinya bukan tugas dan hak pengguna jalan lain untuk menegurnya. “Bukan posisi kita (pengguna jalan) lho, kita bukan penegak hukum,” imbau Rudy.

Solusi utamanya adalah bersabar sehingga tak perlu terlibat kontak dengan pengendara semacam itu yang bisa-bisa menggiring ke permasalahan lebih jauh. Pada tahap inilah setiap individu dituntut meningkatkan kepiawaiannya di balik kemudi.

Hal tersebut meliputi kemampuan menganalisa situasi di sekitar sampai memutuskan tindakan yang harus diambil.

“Saat mengemudi kita harus punya pemahaman apa sedang terjadi di sekeliling kita. Bisa dengan lihat pandangan ke depan sejauh mungkin, lihat spion secara berkala untuk tahu kondisi di belakang. Dan meningkatkan pola pikir antisipasinya,” tutup Rudy.